1. Eksterior
Saat ini,
di kota Surabaya banyak bermunculan budget
hotel dengan tampilan dan model yang sangat beragam. Rata-rata dengan nuansa modern dan masa kini,
serta berlomba untuk menunjukkan kesan wah dan mewah. Namun, hotel yang
didesain oleh Andy Rahman Architect
ini justru ingin menampilkan karakter dan suasana yang berbeda (different) dibanding budget hotel pada umumnya, tanpa
mengorbankan idealisme dan juga kenyamanan para pengunjungnya.
Royal Bali Hotel ini terletak di Jalan Kendangsari
Surabaya, dengan luas lahan 20X50 m2. Fasade bagian depannya dirancang berwujud
covering besar sebagai lingkupan
untuk melindungi dari panas matahari, karena hotel ini menghadap ke arah barat.
Covering bagian depan ini berupa secondary
skin yang terbuat dari material kayu bekas yang disusun secara acak, dengan
rangka dari baja bekas. Di bagian depannya lagi terdapat kanopi parkir dari
kawat ayam yang diberi tanaman rambat untuk menambah aksen hijau dan alami.
Jadi, fasade di bagian depan ini didominasi oleh material bata ekspos, kayu
bekas dan tanaman rambat, yang dikomposisikan sedemikian rupa sehingga bisa
tampil dengan kompak dan memberi nilai tambah bagi hotel ini.
Secara
umum, hotel ini menerapkan konsep low
budget, low maintenance. Serta ingin membuktikan bahwa ini bangunan murah
tapi bukan murahan, bahwa bangunan ini memakai material bekas, tetapi terlihat keren dan tidak memalukan.
2. Lobby
Di samping
itu, hotel ini juga menekankan pada kejujuran material, di mana material
dimunculkan sesuai dengan nature dan
karakternya, tidak dipaksakan atau dibuat-buat. Dinding di bagian depan dibuat
miring untuk menangkap view dari pandangan
orang yang lewat di depannya. Demikian juga dengan kanopi drop-off yang juga dibuat miring dengan maksud yang serupa.
Sebelum
hotel ini didesain, sudah ada bangunan eksisting yang letaknya di bagian paling
belakang dari site, merupakan kantor
proyek milik klien yang juga seorang developer.
Bangunan eksisting ini nantinya tidak dihilangkan, tetapi justru diintegrasikan
agar bisa match dan menyatu dengan
bangunan yang baru.
Secara
vertikal, pembagian zonasi hotel ini yaitu: lantai 1 atau lantai dasar untuk
area servis, publik dan karyawan, sedangkan lantai 2 ke atas sebagai zona
kamar-kamar. Untuk lantai dasar, terdapat lobby,
caf dan restoran, yang orientasinya
lebih ke arah utara-selatan, sedangkan ke arah timur menghadap ke taman tengah.
Taman tengah ini berfungsi sebagai penghubung antara bagian depan dan belakang
hotel, sekaligus sebagai ruang terbuka hijau atau oase bagi ruang-ruang di
sekitarnya, juga agar pencahayaan dan penghawaan alami dalam hotel ini menjadi
lebih optimal. Meskipun tak terlalu luas, taman tengah ini memberi dampak besar
bagi bangunan hotel ini.
3. Cafe
Sedangkan lantai 2 ke atas berupa dua buah bedrooms tower yang posisinya berada di
kiri dan kanan dengan view ke arah
utara dan selatan, dipisahkan oleh koridor besar di bagian tengahnya. Dinding
sisi kiri-kanan hotel tidak dibuat menempel tembok luar, tetapi memang sengaja diberi
jarak yang cukup agar kamar-kamar yang ada bisa mendapat pencahayaan dan
penghawaan alami yang lebih memadai.
Dengan
adanya jarak tersebut, maka masih memungkinkan tiap-tiap kamar memiliki balkon
dan view ke luar. Agar pandangan
visual pengunjung tidak berhadapan secara frontal dengan lingkungannya, maka
balkon diberi penghalang berupa dinding yang tidak sepenuhnya tertutup, jadi
pengunjung masih bisa melepaskan pandangan ke arah yang berbeda. Hal ini juga
dimaksudkan agar privasi pengunjung di dalam kamar bisa lebih terjaga.
Dari sini
terlihat bahwa pertimbangan desain dari kamar-kamar hotel ini bukan hanya dari
sisi komersial saja, yang hanya memperhatikan banyaknya jumlah kamar yang bisa
dijual, tetapi juga mempertimbangkan kenyamanan, kesehatan, keamanan dan juga
kebutuhan pengunjung hotel.
4. Restaurant
Secara
horisontal, tata massanya berupa podium terbuka karena ada koridor besar di
tengah, yang menembus ke belakang dan terhubung dengan taman tengah, hal ini
dimaksudkan untuk memanen angin (wind
harvesting) sehingga mendukung konsep bangunan bersuasana terbuka yang
diusung dalam desain hotel ini.
Struktur utama
hotel berupa konstruksi baja dengan pertimbangan kemudahan dan kecepatan dalam pelaksanaannya,
dengan menggunakan modul 6-4-6 (6 meter - 4 meter - 6 meter), yang mana bagian
tengah sebagai koridor dan sisi kiri-kanannya difungsikan sebagai kamar-kamar.
Interior pada
bagian penerima (lobby) dibuat agar
tampak elegan dan bersih. Meja resepsionis dibuat dari kayu solid. Di bagian
dinding diberi mural bertema Surabaya untuk menyegarkan suasana agar pengunjung
merasa betah dan nyaman, serta bisa merasakan kekuatan place Surabaya. Pintu di belakang resepsionis ini terbuat dari stainless steel yang disamarkan, agar
tidak rancu dengan pintu lain menuju ke area tengah (restoran).
Sedangkan
caf dibuat lebih berkonsep industrial, sebagai gabungan yang unik antara
warung kopi dan minibar. Di caf ini
terjadi pengulangan warna putih, lantai dengan aksen kayu agar lebih memberi
suasana hangat bagi mereka yang datang. Sebagian materialnya dari hasil reuse dan recycle, misalnya pada meja atau kursi, meja bar, rak minuman dan
lain-lain. Juga terdapat mural-mural dengan tema Surabaya seperti yang terdapat
di lobby.
Lalu, restoran
yang berada di belakang caf memiliki view
ke arah kolam, dengan aksen peti kemas yang kuat pada perabot meja dan kursi, juga
pada plafon berupa permainan bentuk kotak-kotak dengan ukuran panjang yang
berbeda-beda. Restoran ini merupakan area santai dengan lantai yang di-split (berbeda ketinggian).
5. Kamar
Interior
kamar-kamar juga tidak lepas dari konsep reuse
dan recycle. Bagian dinding background di atas tempat tidur diberi aksen bidang peti kemas
bekas, sekaligus sebagai emphasis (viewpoint) dari ruangan kamar tersebut.
Materialnya didominasi oleh warna semen, yang dibiarkan tampil dengan nuansa
abu-abu. Ruangan terlihat kasar tetapi menjadi lebih soft dengan adanya background
peti kemas di belakangnya. Jika diamati
sekilas, tampak rustic namun tetap
artistik.
Hotel ini
memang memakai material yang murah dan terkesan tidak eksklusif, tetapi mampu
memberikan values yang lebih kepada
pengunjung, sekaligus juga memberi nilai lebih pada hotel ini. Justru di
sinilah yang menjadi titik beda dan keunikannya. Dengan demikian, secara tidak
langsung hotel ini juga mengedukasi tamu-tamu yang datang dengan isu-isu
kontemporer yang saat ini sedang berkembang, yang tercermin dalam sosok
bangunannya, seperti isu iklim tropis, hemat biaya, hemat energi dan sekaligus pemanfaatan
material bekas dengan cara reuse dan recycle.
Nama Proyek: Royal Bali Hotel
Lokasi: Kendangsari, Surabaya
Luas Tanah/Bangunan: 1000/2200 m2
Tahun Perencanaan: 2016
Arsitek Prinsipal: Andy Rahman. A, ST. IAI
Arsitek: Abdi Manaf. R, ST. dan Muchammad Ubay, ST
Desainer Interior: Reni Dwi Rahayu, ST
Teks: Anas Hidayat