3. Museum Lumpur Sidoarjo
Sidoarjo Mud Volcano Research Center adalah salah satu karya Kami yang dipamerkan di ajang Indonesian Architects Week at Tokyo 2011. Bersama sekitar 46 arsitek dari Indonesia lainnya karya ini dipamerkan di 3331 Arts Chiyoda Gallery di Tokyo Jepang. Tujuan pameran ini sendiri adalah untuk membuka mata dunia akan peran arsitek Indonesia dan perkembangan arsitektur terkini di Indonesia, acara ini merupakan bagian dari rangkaian acara UIA2011 Tokyo, The 24th World Conggress Of Architecture. Sidoarjo Mud Volcano Research Center juga masuk ke dalam buku Indonesian Architects for the International Union Of Architects Conggress Tokyo 2011, serta masuk seleksi Global Holcim Awards 2012 dan FuturArch Prize 2012. Isu Sustainable adalah isu central yang kami usung untuk proyek kita yang satu ini. Misi kami adalah untuk membuka mata Indonesia dan dunia, bahwa masalah Lumpur Sidoarjo sampai hari ini masih belum selesai. Lebih dari 11 desa telah hilang dari kota Sidoarjo dan ribuan rumah tinggal tenggelam. Hilang dari peradaban. Pendekatan desain kami dalam proyek ini adalah sebuah ide untuk menyelesaikan masalah tersebut.
1. Bird Eye View Sidoarjo Mud Volcano Research Center
Terletak di atas lahan seluas lebih kurang 20 ha (seluas 1 desa), pusat penelitian ini dibangun untuk meneliti kandungan Lumpur Sidoarjo dengan banyak tujuan. Namun, tujuan terpenting adalah untuk menumbuhkan kembali harapan dan kepercayaan diri masyarakat korban bencana lumpur Sidoarjo. Tujuan lain yang tidak kalah pentingnya adalah, keberadaan komplek bangunan penelitian ini diharapkan bisa menjadi triger bangkitnya ekonomi di daerah sekitar bencana. Pemilihan lokasi merupakan rekomendasi dari ahli Geologi, Geofisika dan Struktur Tanah, sehingga relatif aman dari luapan lumpur. Pemilihan struktur bagunannya pun merupakan rekomendasi dari Tim Ahli struktur. Tanah memang masih bersifat labil, sehingga konsep struktur yang dipilih adalah struktur bangunan panggung. Sedangkan konsep yang dipakai dalam perancangan bangunan meliputi Penggunaan material bangunan baru, social responsibility, zero waste, low cost serta lokalitas. Penggunaan material baru hampir sama dengan pembuatan material konvensional, namun tidak membutuhkan pembakaran sehingga lebih hemat energi (Low Embodied Energy). Social Responsibility merupakan cara mengedukasi masyarakat tentang pengolahan lumpur. Zero waste, adalah cara mengguanakan lumpur sebagai material bangunan. Low cost, terjadi dengan tersedianya bahan murah di sekitar lingkungan. Sementara unsur lokalitas berarti semua upaya dilakukan untuk memperkuat sumber daya lokal. Pusat penelitian ini terdiri dari beberapa massa bangunan. Bangunan utamanya adalah Research Center, di sebelah baratnya ada Menara Pandang, Laboratorium Penelitian, serta Laboratorium Geologi dengan beragam fasilitas. Ada juga Workshop dan Museum, serta sarana penunjang lainnya yang berkonsep kontekstual. Seluruh massa bangunan dirancang sesuai dengan fungsi dan hadir dalam tampilan kontemporer yang dinamis.
5. Gedung Penelitian Lumpur
Konsep ide yang kami tawarkan dalam menyelesaikan masalah lumpur Sidoarjo sebenarnya sederhana, Bila sumber daya alam (lumpur) yang begitu melimpah ruah ini (tiap harinya luapan lumpur sidoarjo mencapai 50.000-150.000 m3, dan diperkirakan oleh ahli Geologi semburannya baru berhenti sekitar 30 th lagi) bisa benar-benar dimanfaatkan sebagai bahan dasar bagunan, lalu diproduksi secara masal dan dipergunakan oleh masyarakat luas, maka selesai sudah masalah lumpur Sidoarjo yang selama ini menjadi masalah. Kami ingin mencoba mengubah persepsi, bahwa lumpur ini sebenarnya bukan bencana, tapi sumber daya alam yang melimpah bila kita semua mau dengan serius mengelolanya. Lumpur tersebut jangan hanya diteliti tapi tidak di follow up secara serius. Penelitian-penelitian selama ini hanya selesai sampai tahap hasil peneitian saja, lalu di biarkan tanpa di tindak lanjuti secara nyata. Hal inilah yang menyebabkan luapan lumpur Sidoarjo tidak selesai - selesai. Bila lumpur ini benar-benar berhasil di kembangkan menjadi produk material bangunan, lalu di produksi secara massal, maka masyarakat luas berbondong-bondong untuk mengambilnya, dengan sendirinya lumpur Sidoarjo akan habis. Masyarakat luas yang mau mengambilnya jangan dilarang, lumpur tersebut bisa dijadikan bahan dasar pengrajin batubata dan sebagai sumber mata pencaharian baru bagi para korban bencana lumpur yang ingin menjadi pengrajin batu bata atau bahan bagunan lainnya, hasilnya bisa dijual untuk menambah pendapatan mereka, dengan demikian lumpur tersebut akan terus berkurang. Tak perlu kita susah-susah membuangnya atau menaikkan tanggul, yang notabene memerlukan biaya yang besar.
7. Gedung Workshop Lumpur
Pusat Penelitian Lumpur Sidoarjo ini merupakan pilot project, dimana gedung-gedungnya dibangun dengan bahan dasar lumpur Sidoarjo (mulai dari paving, grass block, batu bata, genteng, keramik, pasir multi guna hingga campuran beton). Kita ingin menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa lumpur Sidoarjo aman di pakai untuk bahan bagunan, dan komplek bangunan penelitian inilah buktinya. Bila berhasil maka, tahap berikutnya adalah membuatkan rumah-rumah sederhana bagi korban lumpur yang telah kehilangan rumah-rumah mereka. Rumah-rumah tersebut dibangun dari 8 material bangunan yang berasal dari lumpur Sidoarjo. Sehingga, disamping bisa menyelesaikan masalah lumpur tersebut, pemerintah juga sekaligus bisa mengganti rugi rumah-rumah warga yang menjadi korban lumpur Sidoarjo. Ditengah-tengah keputus-asa-an pemegang kebijakan dalam menyelesaikan masalah yang tak kunjung selesai ini. Ditengah-tengah keputus-asa-an para korban terdampak dalam menuntut haknya. Tidak ada salahnya bila kita mencoba. Gedung penelitian dan workshop nantinya diharapkan benar-benar bisa berperan secara optimal, sehingga bisa menghasilkan temuan-temuan baru yang akan bermanfaat bagi masyarakat banyak. Setiap temuan dari resarch center akan di follow up di workshop, demikian seterusnya. Sumber daya manusianya ( yg bekerja di workshop) haruslah mengambil dari para korban lumpur dan masyarakat sekitar. Sehingga manfaatnya bisa dirasakan secara langsung oleh korban dan warga sekitar. Akan lebih bijak bila kita fokus pada pemanfaatan sumber daya alam tersebut, bukan hanya sibuk membuangnya.
2. Museum Lumpur Sidoarjo
Dari potensinya sendiri, lumpur Sidoarjo bisa dimanfaatkan untuk delapan item bahan bangunan, yakni untuk keramik, campuran beton (geo polymer), pasir multiguna, paving block, batu bata, beton, genteng, dan grass block yang akan diaplikasikan pada bangunan. Material-material tersebut sudah lulus uji karakteristik bahan, kuat tekan, toksisitas dan bahkan telah di uji cobakan kedalam bangunan. Tidak hanya berhenti sebatas diteliti dan di uji, maka harusnya material - material tersebut sudah harus di produksi secara massal dan dipergunakan oleh masyarakat luas. Sekarang bukan waktunya berpangku tangan. Mari kita bersama - sama dan bahu membahu merealisasikannya. Bukan hanya pemerintah, tapi seluruh masyarakat harusnya turut berperan. Khusus untukpembangunannya, komplek penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, tahap pertama dimulai dengan pembagunan gedung penelitian, lalu tahap ke dua pembangunan gedung workshop dan yang terakhir pembangunan gedung museum dan fasilitas lainnya. Pembagian bertahap ini adalah strategi untuk menekan anggaran biaya pelaksanaan dan memprioritaskan gedung yang lebih penting untuk keperluan masyarakat.Seluruh gedung komplek penelitian ini adalah investasi jangka panjang tidak hanya untuk kota Sidoarjo melainkan untuk Indonesia.
Nama Proyek: Sidoarjo Mud Volcano Research Center
Tahun: 2011
Luas Tanah: 20 ha
Luas Banguan: 40.000 m2
Jenis Bangunan: Pusat Penelitian dan Fasilitas Pendukung
Lokasi: Desa Siring, Kec. Jabon, Porong, Sidoarjo, Jawa Timur
Status Proyek: Pra Rencana
Prinsipal Arsitek: Andy Rahman. A, ST. IAI
Tim Arsitek: Abdi Manaf. R, ST, Yuli Astuti. P, ST, Ricko Pradiantoro, ST, Livie Sukma. T, ST, Bayu Harto, ST
Konsultan Arsitek: Andy Rahman Architect