Lo[W]BRICK house
Sebuah perumahan yang tidak dirancang dengan baik oleh pengembang akan menimbulkan banyak permasalahan. Keberadannya justru sering menimbulkan masalah baru di tempat perumahan tersebut dibangun. Tidak memperbaiki atau menambah nilai positif tapi justru semakin merusak lingkungan. Ini karena developer hanya mengejar keuntungan semata, tanpa memikirkan visi ke depan tentang bagaimana membangun sebuah perumahan yang baik. Pengembang tidak memikirkan dengan baik bagaimana sanitasi atau drainase perumahan, kemana air hujan dan limbah para penghuni perumahan di alirkan, di buang atau bahkan diolah. Sehingga lingkungan rumah-rumah warga yang ada di sekitar perumahan tidak mengalami banjir ketika musim hujan. Selain itu eksploitasi terhadap tanah yang berlebihan ketika proses pembangunan perumahan juga memberi dampak yang buruk terhadap lingkungan. Hal lain yang tidak kalah penting adalah permasalahan pada desain rumah-rumahnya. Rata-rata pengembang hanya mengikuti trend yang sedang digemari masyarakat, tanpa memikirkan apakah trend tersebut cocok dengan kondisi iklim kita. Merancang sebuah rumah tinggal pribadi tentunya sangat berbeda dengan merancang sebuah perumahan, sehingga konsep dan masalahnya pun tentu tidak sama. Bila perumahan di rancang dengan pendekatan desain yang menyesuaikan kondisi iklim sekitar, memanfaatkan sumber daya alam sekitar serta memiliki desain yang up to date, pastilah bisa berdampak positif secara keseluruhan. Keberadaan perumahan justru akan menambah value dari lingkungan sebelumnya, tidak hanya pengembang yang diuntungkan melainkan masyarakat sekitar juga. Pendekatan inilah yang kita pakai. Sebuah perumahan dengan konsep 'Tropis Modern' yang up to date namun selaras dengan alam.
2. Rumah type_C_1
TROPIS (Tropis nusantara) merupakan pendekatan penyelesaian masalah iklim terutama pada hujan, udara panas, serta cahaya matahari yang melimpah. Sedangkan MODERN (Kekinian, Efektif dan Efisien, Fungsional) merupakan pendekatan yang lebih kepada pemenuhan kebutuhan dan aktifitas manusia, berkenaan dengan waktu dan gaya hidup, sehingga berpengaruh pada tata pola ruang serta bentukan desain rumahnya. Arsitektur Nusantara : "Arsitektur naungan bukan lindungan (sebuah re-orientasi pengetahuan asitektur tradisional" Prof.DR.Ir. Josef Prijotomo, M.Arch (guru besar FSTP Arsitektur ITS Surabaya) yang bertujuan untuk Meningkatkan kualitas lingkungan rumah dan kehidupan sosial masyarakat sekitar. Serta menciptakan rumah tinggal yang berkontribusi positif bagi penghuni dan lingkungan sekitar.
4. Tipe C_r tamu
Konsep Globalnya adalah Penerapan sustainable design yang ramah lingkungan sebagai penyelesaian masalah desain pada rumah tropis, konsep tersebut ter-aplikasi (dalam setiap rumah) mulai dari material sampai vegetasi, berikut aplikasinya:
- - Dinding : Rooster sebagai dinding berukir tembus, sehingga memungkinkan angin tetap bisa masuk ke dalam rumah (konsep gedeg pada rumah tradisional) sekaligus memberikan shading sebagai naungan
- - Panggung : untuk menghindari tanah basah dan lembab, untuk sirkulasi udara, untuk meminimalkan cutting pada lahan, serta mengurangi dampak banjir.
- - Atap : menggunakan atap yang lebar sebagai naungan yang menghasilkan bayangan
- - Pola Ruang : penerapan ruang yang fleksibel, efisien, dan multifungsi, menyesuaikan dengan gaya hidup (ruang bisa multi fungsi, seperti kamar tidur tamu yang bisa berubah jadi ruang serba guna, bila tidak sedang ada tamu)
- - Vegetasi : sebagai peneduh, pengarah angin, dan pengatur suhu agar dapat menghasilkan udara bergerak
Sedangkan konsep Sustainable design yang kita terapkan ke dalam desain perumahan antara lain:
REDUCE
- 1. Hemat Energi (mengurangi pemakaian energi dalam rumah)
- 2. Efisien (dalam luasan ruang dan penggunaan material)
- 3. Meminimalisir eksploitasi dan pengrusakan tanah
- 4. Menyelesaikan masalah banjir
REUSE
- 1. Memanfaatkan kembali sisa air hujan untuk kegiatan rumah tangga
- 2. Memanfatatkan sisa kayu peti kemas untuk lantai dan furnitur
- 3. Membuat boezem sebagai media penyimpanan air
- 4. Menggunakan material aluminium untuk kusen dan pintu
RECYCLE
- 1. Menggunakan baja sebagai struktur utama
- 2. Menggunakan baja ringan untuk rangka atap
- 3. Mengeksplorasi tanah lokal untuk dijadikan batu bata, genteng, paving dan rooster
Material yang digunakan adalah material yang mempunyai sifat sustainable, dan memiliki embodied energy yang rendah. Embodied energy diartikan sebagai banyaknya energi yang dibutuhkan pada saat proses produksi bahan material. Sehingga berdampak relatif rendah terhadap lingkungan hidup (low environment impact). Material low embodied yang kita pakai adalah: Genteng tanah lokal untuk menggantikan genteng konvensional, batu bata tanah lokal untuk menggantikan batu bata merah, alumunium (kusen) untuk menggantikan kayu, baja (struktur) untuk menggantikan beton dan rangka atap baja ringan untuk menggantikan rangka atap kayu. Khusus untuk batu bata, genteng, paving serta rooster yang di buat dari tanah lokal memiliki low embodied energy yang rendah karena pada saat proses pembuatannya tidak memakai sistem pembakaran (hemat energi). Material dasar (tanah lokal) di campur dengan semen dengan komposisi tertentu. Setalah itu dibiarkan kering begitu saja. Sebagai perbandingan (hasil penelitian DR. Ir. Vincentius Totok Noerwarsito, MT, dosen Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS), satu sak semen bisa menghasilkan 300-400 buah batu bata tanah lokal. Luar biasa hemat!
Batu Bata Tanah Lokal
Lebih spesifik lagi konsep Low Brick House -istilah diambil dari 'low embodied energy' dan local brick'- merupakan solusi membangun perumahan dengan mengoptimalkan pemanfaatan material yang berasal atau dibuat dengan memakai tanah lokal. Hal ini bisa menekan biaya pembangunan perumahan secara signifikan. Karena salah satu yang membuat harga bahan bagunan tinggi adalah ongkos transportasinya. Sedangkan disini, bahan (dasar) bangunan di ambil dan di buat di lokasi. Bahan bangunan yang bisa di buat dengan memanfaatkan material dasar dari lingkungan sekitar -tanah lokal- bisa berupa batu bata, paving maupun rooster. Tanah lokal tersebut diambil di lokasi dimana perumahan tesebut dibangun, tanah tersebut di dapat pada saat penggalian boezem, penggalian pondasi, penggalian septick tank dan sumur resapan tiap rumah, serta penggalian tanah untuk sanitasi atau drainase perumahan. Sebuah upaya mengurangi limbah saat pembangunan perumahan sekaligus mengeksplorasi sumber daya alam yang ada di lingkungan perumahan. Hasil penelitian dari tanah lokal menghasilkan blok "bata tanah lokal" dengan kuat tekan 60 –70 kg/cm³, tahan air .dan harga dibawah harga bata merah di pasaran jika diproduksi di lokasi bangunan. "Bata tanah lokal" adalah bahan bangunan yang ramah lingkungan,hemat enrrgi, tidak meninggalkan banyak sisa blok, merupakan bahan bangunan struktural dan juga bahan bangunan seni.
KARAKTERISTIK “BATA LOKAL”
a Kuat tekan dan densitas
Kuat tekan” bata tanah lokal” dapat didisain sesuai dengan fungsinya sebagai dinding bangunan, untuk dinding pemikul dipersyaratkan minimal kuat tekan 50 kg/cm², minimum densitas yang dipergunakan adalah 1.7 g/cm³
b. Warna.
Warna ”bata tanah lokal” tergantung dimana tanah tersebut diambil. Bila banyak mengandung Laterite blok ”bata tanah lokal” akan berwarna gelap, sedangkan pada tanah yang berkapur bata akan berwarna agak terang.
c. Dimensi
Dimensi dari “bata tanah lokal” sangat Bervariasi sekali, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan akan adanya modul bangunan
d. Bentuk
Bentuk blok ”bata tanah lokal“ umumnya adalah balok.
e. Tekstur Permukaan blok ”bata tanah lokal” relatif halus
f. Produksi
Produksi blok dapat dilakukan dengan alat cetak tenaga manual, mekanik dan hydrolik. sedangkan untuk produksi 300-800 blok/hari diperlukan alat cetak dengan tenaga mekanik, alat hydrolik diperlukan untuk produksi blok 800 buah keatas perhari, kesemua diatas memerlukan analisa-analisa effisiensi pemakaian alat dan produksi yang diinginkan.
g. Kelemahan.
Kerusakan dari “bata tanah lokal” disebabkan oleh adanya air yang berlebihan, jamur, lumut
h. Kebutuhan bahan dasar Untuk 1000 blok dengan dimensi blok 19 x 9 x 6 cm dari hasil penelitian dibutuhkan tanah sebanyak 2.8 m dimana tanah tersebut dapat diambilkan dari bekas tanah galian boezem, drainase perumahan, pondasi, Septic-tank dan sumur resapan.
5. Boezem sebagai tempat penampungan air sekaligus area public space
Sedangkan untuk mengatasi masalah banjir, kita menawarkan konsep Boezem. Boezem adalah sebuah waduk buatan (kecil) yang fungsinya untuk menampung air hujan. Konsep Boezem di dalam kawasan pemukiman sangat diperlukan untuk mengatur sirkulasi air drainase agar luapan air limbah rumah tangga atau hujan dapat tersalurkan dengan baik serta menghindari dampak banjir. Desain yang ada mengadaptasi fungsi rumah panggung yang dapat mengalirkan air serta meminimalisir kerusakan tanah, sehingga dapat menjadi aliran untuk langsung disalurkan ke riol kota dengan lancar. Boezem menjadi ruang terbuka yang dikhususkan sebagai tempat penampungan air di dalam perumahan sekaligus dapat berkontribusi positif di dalam menanggulangi banjir, wadah tersebut juga bisa sebagai public space untuk tempat bersosialisasi dan beraktivitas warga. Air yang sudah di tampung di boezem juga bisa diolah untuk dimanfaatkan kembali bagi penghuni perumahan, misalnya untuk mencuci, menyiram tanaman, mandi, atau bahkan untuk diminum bila sudah melalui proses filtrasi yang benar. Dengan demikian dampak banjir bisa di cegah dan airnya pun bisa bermanfaat bagi masyarakat banyak. Bila semua pengembang mau menerapkan konsep ini dalam membangun perumahan-perumahan mereka, maka akan banyak masalah yang bisa di selesaikan.
Nama Proyek: Lo[W]BRICK house
Tahun: 2011
Jenis Bangunan: Perumahan
Lokasi: Summarecon, Serpong
Status Proyek: Konsep
Prinsipal Arsitek: Andy Rahman. A, ST
Arsitek: Livie Sukma. T, ST, Ricko Pradiantoro, ST, Anindita Caesarayi Putri, ST, Imam Prasetyo, ST, Diah Kusumaningrum, Angga Acdha Ramadhan, Ario Mahardika
Konsultan Arsitek: Andy Rahman Architect
Leave a Comment