3. Desain Eksterior Masjid
Masjid ini
bernama Al-Fatih yang berarti pembuka, merupakan sebuah masjid yang berada di kompleks
Pondok Pesantren Al-Fatih. Lokasinya berada di daerah Hambalang, Bogor, Jawa
Barat. Masjid ini dirancang dengan pendekatan yang bersifat simbolis, dengan
mengambil simbol-simbol spiritual Islami yang kemudian dituangkan ke dalam
rancangan. Ide dasar bentuk dan penataan massa mengambil dari pola Arabesque. Arabesque
adalah ornamen geometris yang banyak dipakai dalam arstektur Islam yang
merupakan olahan bentuk geometri tingkat tinggi, dengan pengulangan yang rumit
dan mendetail. Pola Arabesque muncul sebagai solusi seni ornamentasi Islam yang
tak membolehkan bentukan atau gambar makhluk yang bernyawa/hidup. Bentukan
Arabesque yang banyak dipakai antara lain berawal dari bentuk kotak yang kemudian
digabung dan dikombinasikan mulai yang sederhana sampai yang sangat kompleks.
Dalam proses desain masjid ini, diambil dari bentuk dasar kotak tersebut, yang
dijadikan sebagai bentuk awal. Bentuk kotak ini diambil juga dengan alasan
efektifitas ruang dan terlihat lebih simple.
1. View Dari Barat
Berdiri tegak
dan megah di atas lahan yang berkontur, posisi masjid ini berada di bagian
paling atas dari site yang berbukit,
sehingga bisa terlihat dengan mudah dari segala arah. Posisi yang strategis ini
sesuai dengan fungsinya sebagai pusat semua aktifitas, pusat kegiatan
belajar-mengajar dan juga pusat pemgembangan pondok pesantren. Warna yang
dominan digunakan adalah warna semen yang menyerupai batu, sehingga terasa
lebih dekat dan akrab dengan alam. Dengan tampilan warna yang berkesan unfinished ini, bangunan masjid dapat
menyatu dengan lingkungan sekelilingnya, jauh dari kesan angkuh atau sombong. Sebuah
anugerah yang menguntungkan juga, bahwa di sekitar masjid ini terdapat banyak
batu-batu besar yang ada secara alamiah. Keberadaan batu-batu tersebut sangat
potensial untuk dijadikan sebagai elemen landscape.
Maka, batu-batu yang warnanya senada dengan warna masjid itu ditata sedemikian
rupa agar semakin memperkuat kehadiran masjid ini. Di samping itu, tampilan
batu yang natural dan tak beraturan menjadi penyeimbang terhadap bentukan
masjid yang sangat geometris dengan garis-garis lurus dan bidang persegi. Untuk
memperkuat kesan batu, tulisan “Al-Fatih” pada bagian fasade masjid tampak
seperti tulisan coakan yang dipahatkan di atas batu.
4. View Dari Selatan Malam
Bentuk
kotak sebagai bentuk dasar masjid digubah dengan transformasi lebih jauh agar
terlihat lebih kontemporer dan sesuai dengan semangat jamannya, jadi bukan
sekedar kotak geometris belaka. Terlihat pada bagian selubung atas yang ditekuk
dan dibuat agak melebar keluar untuk memberi shading atau bayangan pada ruang di bawahnya. Di sekelilingnya
diberi dek beton untuk menaungi selasar agar tidak terpapar panas atau terkena
tampias air hujan. Bangunan tempat wudlu di sisi timur dibuat dari bentuk dasar
kotak yang juga berselasar dek beton, sedangkan kantor pengelola menggunakan
bentuk kotak yang diberi cover di
sisi barat dan selatan dengan alasan kenyamanan dan juga privasi. Menara masjid
dibuat menempel pada bangunan kantor yang berada di samping selatan masjid. Menara
masjid Al-Fatih ini juga dari bentuk dasar kotak dan dibuat simbolis dengan
ujungnya yang melancip, tingginya mencapai 17 meter. Hal ini melambangkan jumlah
rakaat shalat wajib yang harus dijalankan seorang muslim dalam sehari semalam,
yaitu 17 rakaat. Menara ini, dengan bentuknya yang monumental dan menjulang
tinggi, menjadi penanda eksistensi masjid ini dan lingkungan sekitar pondok
pesantren.
5. Birds Eye View Malam
Selain
ornamen Arabesque dan transformasi bentuk kotak geometris, masjid ini juga memanfaatkan
cahaya sebagai unsur utama yang diolah secara optimal untuk memperkuat karakter
dan kehadirannya, terutama pada malam hari. Kompleks masjid ini terlihat makin semarak
dengan hadirnya 99 lampu penerangan atau lampu suluh yang pada ujungnya masing-masing
bertuliskan nama-nama Allah atau Asma’ul
Husna yang berjumlah 99. Lampu suluh yang “disebar” mengitari masjid secara
acak ini sekaligus menjadi simbol cahaya Allah yang menerangi alam
semesta serta hablumminannas (hubungan
manusia dengan manusia) yang bersifat horisontal. Pada malam hari, cahaya dari
lampu-lampu suluh ini dari kejauhan terlihat seperti lilin-lilin kecil yang
berpendar di sekeliling masjid. Sedangkan pada menaranya disorotkan lampu sooklight lurus ke atas menembus awan
dan menyeruak ke langit sebagai simbol dari Do’a yang terangkat
kelangit serta hablumminallah (hubungan
manusia dan Tuhan) yang bersifat vertikal. Menara ini seakan menegaskan asal-usulnya
sendiri, sebagai minarah atau minaret yang artinya tonggak api. Selain
itu, pada bagian fasade masjid diberi cahaya yang muncul dari garis-garis vertikal
yang ditimbulkan dari neon box yang
disembunyikan secara presisi di baliknya. Garis-garis cahaya ini menambah keindahan
masjid pada malam hari, yang sebenarnya juga merupakan lubang-lubang angin untuk
mengalirkan udara ke dalam masjid.
7. Interior Masjid Al Fatih View ke Arah Mihrab
Interior
masjid ini disesuaikan dengan konsep masjid secara keseluruhan, yaitu mengulang
bentuk kotak-kotak dan garis seperti pada bagian luar massa bangunannya. Bagian
dinding didominasi oleh krawangan
(roster) yang memakai pola Arabesque. Ornamen yang terlihat rumit pada roster
ini menjadi penyeimbang dari bentukan-bentukan lain yang cenderung smooth dan simple. Dengan adanya lubang-lubang pada roster itu pula, sekaligus
mengalirkan udara agar bebas melewati ruangan untuk memberi kenyamanan yang
cukup meskipun tanpa AC. Bagian plafon dibuka untuk memasukkan cahaya dari skylight guna menerangi ruangan pada
siang hari. Plafon tersebut diberi kaca es untuk memberi efek yang lebih
dramatis, selain juga untuk “menyembunyikan” struktur rangka atapnya agar tak
terlihat langsung oleh jamaah. Pada plafon tersebut masih ada jejak kotak-kotak
yang terpecah-pecah atau bertumpuk, seperti melayang dan mengawang di atas
ruang utama. Pada bagian dinding di sisi kiblat yang merupakan arah orientasi
shalat, diberi backlight yang jumlahnya ada 27 buah, sebagai simbol dari
pahala bagi orang yang shalat berjamaah yang berlipat 27 kali dibanding shalat
sendirian. Dinding mihrabnya sendiri ditarik keluar dan diberi bukaan serta skylight untuk pencahayaan alami.
Nama Proyek: Masjid Al Fatih
Lokasi: Hambalang, Bogor, Jawa Barat
Luas Bangunan: 700 m2
Tahun Perencanaan: 2014
Arsitek Prinsipal: Andy Rahman. A, ST. IAI
Arsitek: Imam Prasetyo, ST
Desainer Interior: Anindita Caesarayi Putri, ST
Teks: Anas Hidayat
Leave a Comment