3. Detail Secondary Skin
Rumah berkonsep
Perforated House atau Rumah Berongga ini
menempati lahan seluas 7 X 25 m2, berlokasi di Gubeng Kertajaya, Surabaya,
di sebuah jalan kampung yang kecil dan cukup ramai. Klien merupakan warga
negara Inggris yang memiliki selera desain yang cukup unik. Dia tidak menginginkan
rumah yang sekedar mengikuti trend
atau model rumah yang sedang populer. Namun dia memiliki gambaran sendiri,
bahwa rumah harus dibuat sangat personal sesuai dengan kebiasaan dan jiwa dari
pemiliknya. Karena lama tinggal di kampung di Indonesia, klien juga mengamati
dan memperhatikan rumah-rumah kampung yang sederhana tetapi tepat guna, cantik alami,
akrab dan tak dibuat-buat, yang menurutnya sangat menarik untuk dijadikan sumber
ide dalam desain rumahnya. Visi klien yang demikian kuat itu menjadi tantangan
tersendiri dalam proses desain rumah ini, bahkan memerlukan waktu hingga empat
bulan lamanya. Sekilas, yang paling mencolok dari tampilan rumah ini adalah adanya
rongga-rongga yang terbentuk dari krawangan
(roster) dengan lubang-lubang yang acak memenuhi bidang depan. Rongga-rongga
tersebut sebenarnya sebagai perwujudan baru dari gedheg (dinding dari anyaman bambu) yang banyak dipakai di
kampung-kampung, rongga yang masih memberi ruang bagi udara agar bisa mengalir bebas
keluar-masuk rumah.
1. Eksterior View 1
Krawangan (roster) dan bukaan mendominasi dinding-dinding rumah ini di
keempat sisi. Ya, hal tersebut dimungkinkan karena rumah ini tidak dibuat mepet (berimpit) dengan rumah di sisi
kiri dan kanannya, tetapi diberi jarak selebar 80 cm sebagai lorong yang cukup
untuk dilalui orang. Ini seperti rumah-rumah kampung yang masih memberi jarak
antar rumah untuk orang lewat. Dengan bentuk rumah yang tipis atau slim tersebut, maka cross ventilation (penghawaan silang) dapat berlangsung dengan baik
pada ruang-ruang dalamnya walau pintu dan jendela sedang tertutup. Terang
langit pun menjadi cahaya alami yang bisa menerangi seluruh ruangan dengan
leluasa. Selain itu, klien menginginkan agar bangunan rumah (KDB) hanya dibuat 40
persen dari luas lahan, sehingga masih menyisakan halaman belakang sepanjang 10
meter, cukup luas untuk dijadikan taman terbuka hijau. Padahal harga per meter tanah di daerah tersebut sangat tinggi. Hal itu tentunya semakin
mengoptimalkan cross ventilation yang
ada, sehingga udara dalam rumah menjadi tidak panas, sejuk meskipun tanpa
menggunakan AC. Karena tanaman dan pepohonan tersebut mampu menurunkan suhu disekitar rumah. Di sisi lain, tentu ada resiko masuknya nyamuk ke
dalam rumah, tetapi klien sudah mengantisipasi dengan rencana menanam banyak
bunga lavender sebagai penghalau nyamuk secara alami. Untuk memperkuat kesan
berongga, maka pagar depan rumah dibuat dari bahan metal perforated yang secara visual tidak menghalangi pandangan dan
udara juga masih bisa keluar-masuk melewatinya meskipun pagar itu dalam keadaan
tertutup.
4. Ruang Keluarga
Menurut kemauan klien, orang yang memasuki rumah ini harus bersiap-siap dengan sebuah kejutan.
Foyer pada bagian depan dibuat sempit
saja, hanya ada plesteran yang ditinggikan (badhugan)
sebagai tempat duduk yang bagian bawahnya digunakan untuk rak sepatu, lalu
dihadapkan pada sebuah lorong kecil menuju ruang keluarga. Ketika memasuki
ruang keluarga inilah, orang akan merasakan kelegaan dan keluasan ruang yang lepas
hingga ke bagian belakang. Di dalam rumah, kesan unfinished akan semakin terlihat dan terasa. Ide unfinished ini juga mengambil dari rumah
kampung yang memang sering dibuat unfinished,
yang justru menjadi kekuatan karakternya. Antara lain terlihat pada lantai yang
dibuat dari plesteran biasa, tidak memakai keramik atau penutup lantai yang
mahal. Juga dinding yang hanya dari plesteran dan acian tanpa dicat, bahkan beberapa
bagian dinding dalam rumah dan juga dinding pembatas dibiarkan berupa bata
ekspos, yang justru menjadi view yang
menarik dari dalam rumah. Dengan penyelesain yang unfinished seperti ini, maka rumah ini menjadi berkesan lebih
terbuka, informal, santai dan familiar (tidak kaku).
5. Area Yoga
Rumah ini
sangat menonjolkan sisi personal (personalized),
karena dirancang berdasar aktifitas dan kebiasaan dari klien, bahkan sampai
elemen terkecilnya. Di samping ruang keluarga, terdapat area yoga yang
merupakan kegiatan sehari-hari pemilik rumah. Sebuah tangga menghubungkan area
bawah dengan area privat yang berada di lantai atas, di mana terdapat kamar
pribadi si pemilik rumah. Kamar tidur di lantai atas ini seakan bersuasana resort dengan view berupa pemandangan hijau yang terbentang di halaman belakang
rumah. Toilet pribadi dibuat personal dengan konsultasi desain yang mendetail, bahkan
sampai harus melihat toilet di rumah lama yang letaknya tak jauh dari lokasi
rumah ini. Sedangkan kamar di bagian depan diberi penghalang berupa krawangan (roster) sebagai secondary skin, sekaligus sebagai filter
visual dari tetangga depan rumah. Rumah ini juga dibuat dengan eksperimen
struktur, yaitu berupa dek lantai dengan pembesian khusus sehingga tidak
memerlukan balok, maka tampilan plafon/langit-langit pun menjadi lebih bersih
dan simple. Konsekuensinya, pipa-pipa
untuk jaringan listrik, air dan lain-lain harus dibuat terekspos di luar,
menempel di dinding atau plafon, sekaligus menjadi elemen estetis yang rancak di
dalam ruang.
8. Ruang Santai Belakang
Satu kebiasaan
utama klien yaitu sering mengundang teman-teman agar datang ke rumahnya, untuk
sekedar ngobrol atau minum-minum sesuai kebiasaan mereka di negeri asalnya. Di
sinilah klien akan banyak menghabiskan waktunya. Untuk mengakomodasi kebiasaan
tersebut, maka kegiatan utama ini difokuskan di area belakang rumah yang bisa
dicapai lewat lorong samping tanpa masuk ke dalam rumah. Area belakang ini
terdiri dari dapur, pantry dan teras
santai. Di sini tidak terdapat ruang makan karena pemilik terbiasa makan di pantry, yang diberi dua tempat duduk
berjejer. Di area belakang ini juga terdapat minibar yang dibuat bersuasana seperti
sebuah warung, di mana pemilik bisa melayani dan membuatkan minuman untuk para
tamunya. Tempat duduknya pun didesain ala kampung, berupa badhugan (lantai
plesteran yang ditinggikan) yang dibuat melingkar sehingga lebih nyaman untuk
bersantai. Di sebelah pintu kaca terdapat dinding dari krepyak kayu untuk keluar-masuknya udara dalam rumah, sekaligus
memperkuat konsep perforated pada
rumah ini. Sedangkan pintu koboi setinggi badhugan berfungsi sebagai penghalang hewan peliharan pemilik (anjing) supaya tidak keluar masuk ke taman belakang, yang akan menyebakan ruang di dalam rumah kotor ketika hujan.
Nama Proyek: Rumah Berongga
Lokasi Proyek: Gubeng Kertajaya, Surabaya
Luas Tanah/Bangunan: 175/140 m2
Tahun: 2014
Arsitek Prinsipal: Andy Rahman .A, ST. IAI
Arsitek:Abdi Manaf. R, ST
Desainer Interior: Anindita Caesarayi Putri, ST
Teks: Anas Hidayat