1. Eksterior 1
Rumah yang
berlokasi di kota Surabaya, Indonesia ini dirancang dengan dua logika yang
saling melengkapi dan saling membutuhkan satu sama lain, yakni “logika pohon”
dan “logika kayu”. Dua logika ini menjadi unsur penting di dalam desain rumah
ini terkait dengan keberadaan lokasi tapak (site)
dan kehidupan klien (client).
Selain
itu, pohon dan kayu menjadi isu yang cukup sensitif dalam pelestarian
lingkungan dan keberlangsungan kehidupan di bumi. Pohon menjadi bagian tak
terpisahkan dalam kehidupan manusia, yang menjaga siklus ketersediaan oksigen
di muka bumi, serta menyediakan kayu sebagai material desain.
5. Detail Tampak Depan
Logika
Pohon merupakan kesadaran atas letak rumah yang berada di Indonesia sebagai wilayah
beriklim tropis, sehingga yang penting adalah naungan/teduhan (atap), sedangkan
dinding harus diupayakan agar menjadi dinding yang berlubang agar bisa dilalui
cahaya dan aliran udara secara leluasa. Roster/kerawangan memberikan solusi
yang paling pas sebagai dinding rumah di daerah tropis, karena selain tetap
meneruskan terang langit dan angin, sekaligus menjaga privasi orang yang ada
didalam ruang. Rumah ini menghadap kebarat, jadi roster/kerawangan juga
berfungsi sebagai penahan panas matahari yang berlebih ketika siang dan sore.
15. Taman Belakang
Logika Kayu
dipakai karena si pemilik rumah ini adalah seorang pencinta kayu kelas berat,
yang memiliki koleksi barang-barang kayu lama yang dikumpulkannya selama
bertahun-tahun. Penggunaan kayu memang harus bijak, dan harus memperhatikan sustainability-nya, agar selalu tersedia
sebagai material bangunan. Ini juga berkaitan dengan penanaman pohon.
Dalam
kepercayaan Jawa, pohon dilambangkan sebagai kayon (gunungan), atau intinya
adalah sebuah “pohon kehidupan”, yang menyimbolkan dunia beserta isinya. Dengan
pohon, manusia akan hidup lestari. Tanpa pohon, manusia akan musnah.
Pohon juga
memberi jejak dari gerak pertumbuhan, dari yang semula biji, lalu tumbuh berupa
tanama kecil yang lembek/lemah. Lama kelamaan tanaman itu membesar dan meninggi
menjadi sebuah pohon yang keras dan kokoh. Daunnya yang rimbun bisa menaungi
ruang di sekelilingnya. Daun yang rimbun dan menaungi ruang
diseklilingnya ini yang menjadi konsep taman belakang dari rumah ini, yang
justru akhirnya menjadi tempat paling nyaman dan favorit klien untuk bersantai.
9. Ruang Makan
Karena berasal
dari makhluk hidup dan memiliki daya hidup, maka pohon ketika diolah menjadi
kayu untuk material bangunan, akan memberi rasa “kehangatan” kepada ruang yang
terjadi. Biasanya kayu digunakan untuk mengimbangi munculnya material yang
“dingin” dan seperti beton atau baja. Dengan demikian, ruang menjadi terasa
lebih dinamis dan berkarakter.
Sedangkan
koleksi benda-benda kayu klien merupakan heritage
yang tak ternilai harganya. Yang selain melestarikan kayu juga melestarikan
sejarah kepada generasi penerus. Perabot kayu dan artwork yang berkualitas
tinggi tersebut menjadi bagian integral dalam desain rumah ini, sekaligus
memberikan adanya unsur “sejarah”, yang biasanya kurang diperhatikan dalam
desain-desain rumah kontemporer saat ini.
3. Teras Depan
Dalam
desain rumah ini, menggunakan tiga jenis kayu utama yang khas Indonesia, yaitu
kayu Ulin, kayu Merbau dan kayu Jati. Kayu ulin dipakai untuk decking (outdoor)
dan untuk bagian aksen depan rumah, yang
menunjukkan keberadaan rumah ini sebagai rumah dari seorang pencinta kayu. Kayu
merbau untuk lantai (indoor) dan kayu jati untuk kusen, daun pintu
dan jendela serta mebel. Ketiga-nya adalah jenis kayu terbaik dari Indonesia.
Nama Proyek: Rumah Gayungsari
Lokasi Proyek: Gayungsari, Surabaya, Indonesia
Prinsipal Arsitek: Andy Rahman. A, ST. IAI
Tim Arsitek: Muhammad Ubay, ST dan Reni Dwi Rahayu, ST
Luas Tanah/Bangunan: 300/383 m2
Nama Klien: Ibu Wike
Tahun Perencanaan: 2016
Tahun Selesai Konstruksi: 2017
Foto: Mansyur Hasan
Teks: Anas Hidayat